WAN SITI NURFATIMAH MOHD HATTA

WAN SITI NURFATIMAH MOHD HATTA
SENYUM...

-Salamullahi alaik-

Wednesday, September 30, 2009

Hidup ini hanya senda gurau...


Allah menggambarkan kehidupan dunia ini sebagai senda gurau dan permainan belaka. Sementara kehidupan akhirat sebagai kehidupan yang sebenarnya. Ertinya, Allah mengkondisikan kita untuk memandang dunia dengan santai tidak terlalu serius. Kerana di dunia ini tidak ada keadaan yang benar-benar boleh dikatakan bahagia atau sebaliknya sedih. Di dunia ini tidak ada hasil yang hakiki mahupun kegagalan sejati. Segala sesuatu di dunia ini bersifat fana atau sementara. Kadangkala seseorang bahagia kadangkala seseorang sedih. Kadangkala ia berhasil kadangkala ia gagal. Itulah dunia dengan segala tabiat sementaranya.

Sebaliknya dengan kehidupan dunia, kehidupan akhirat merupakan kehidupan sejati. Tidak ada orang berbahagia di akhirat untuk jangka waktu singkat saja. Dan tidak ada pula yang mengalami penderitaan sementara saja, kecuali Allah menghendaki selain itu.


“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (QS Al-Ankabut ayat 64)


Allah ta’ala menghendaki agar orang bertaqwa memandang kehidupan akhirat dengan penuh kesungguhan kerana di sanalah kehidupan sejati akan ditempuhi manusia. Sedangkan di dunia Allah ta’ala menghendaki orang bertaqwa agar berlaku sederhana sahaja dan tidak terlampau ghairah dalam meraih hasil atas perkara yang telah dilakukan. Sebab kehidupan dunia ini Allah ta’ala gambarkan sebagai tempat dimana orang sekadar bermain-main dan bersenda-gurau.

Namun dalam kehidupan kita dewasa ini kebanyakan orang malah sangat serius bila bercakap mengenai urusan kehidupan dunia. Mereka siap mengerahkan tenaga, fikiran, dana dan waktu untuk menggapai hasil duniawinya. Sedangkan bila berkaitan urusan akhirat mereka hanya mengerahkan tenaga dan waktu yang tersisa, fikiran sampingan serta dana yang tidak digunakan. Jika hal ini terjadi kepada kaum kafir yang terang-terangan tidak beriman kita tentu sudah sedia maklum. Tapi di dalam zaman penuh fitnah ini tidak hanya seorang saudara muslim yang kita saksikan bertingkah dan berpacu merebut kehidupan dunia seperti kaum kafir. Allah memang menggambarkan bahawa kaum yang tidak beriman sangat mementingkan material kehidupan dunia ini. Namun mereka lalai dan tidak memiliki pengetahuan apapun mengenai kehidupan akhirat.


“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (QS ArRuum ayat 7)

Sahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ’anhu pernah berkata: ”Bilamana manusia menemui ajalnya, maka saat itulah dia bangun dari tidurnya”. Sungguh tepat ungkapan beliau ini. Sebab kelak di akhirat nanti manusia akan menyedari betapa menipunya pengalaman hidupnya sewaktu di dunia. Baik sewaktu di dunia ia menikmati kesenangan maupun menjalani penderitaan. Kesenangan dunia sungguh menipu. Penderitaan dunia pun menipu.

Saat manusia berada di alam akhirat barulah ia akan menyedari betapa sejatinya kehidupan di
sana. Kesenangannya hakiki dan penderitaannya sejati. Syurga bukanlah khayalan dan sekadar cerita dan kiasan dongeng orang-orang tua pada masa lalu. Begitu pula dengan neraka, ia bukan suatu mitos atau sekadar cerita-cerita orang dahulu kala. Syurga dan neraka adalah perkara hakiki, saudaraku. Sehingga Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam menggambarkan dengan deskripsi yang sangat kontras dan ekstrim mengenai betapa berbezanya tabiat pengalaman hidup di dunia yang menipu dengan kehidupan sejati akhirat. Perhatikanlah baik-baik hadits di bawah ini:


“Pada hari kiamat didatangkan orang yang paling nikmat hidupnya sewaktu di dunia dari penghuni neraka. Lalu ia dicelupkan ke dalam neraka sejenak. Kemudian ia ditanya: ”Hai anak Adam, pernahkah kamu melihat suatu kebaikan, pernahkah kamu merasakan suatu kenikmatan?” Maka ia menjawab: ”Tidak, demi Allah, ya Rabb.” Dan didatangkan orang yang paling menderita sewaktu hidup di dunia dari penghuni syurga. Lalu ia dicelupkan ke dalam syurga sejenak. Kemudian ditanya: ”Hai anak Adam, pernahkah kamu melihat suatu kesulitan, pernahkah kamu merasakan suatu kesengsaraan?” Maka ia menjawab: ”Tidak, demi Allah, ya Rabb. Aku tidak pernah merasakan kesulitan apapun dan aku tidak pernah melihat kesengsaraan apapun.” (HR Muslim 5018)

Mengapa orang pertama ketika Allah bertanya dia menjawab bahawa ia tidak pernah melihat suatu kebaikan serta merasakan suatu kenikmatan, padahal ia adalah orang yang paling nikmat hidupnya sewaktu di dunia dibandingkan segenap manusia lainnya? Jawapannya: kerana Allah telah paksa dia merasakan derita sejati neraka –sejenak sahaja- cukup untuk membuat ingatannya akan segala kenikmatan palsu yang pernah ia alami sewaktu di dunia terhapus begitu saja dari ingatannya. Sebaliknya, mengapa orang kedua ketika Allah bertanya dia menjawab bahwa ia tidak pernah melihat suatu kesulitan atau merasakan suatu kesengsaraan, padahal ia orang yang paling susah hidupnya sewaktu di dunia dibandingkan segenap manusia lainnya? Jawapannya: kerana Allah telah izinkan dia merasakan kesenangan hakiki syurga –sejenak sahaja- cukup untuk membuat ingatannya akan segala penderitaan palsu yang pernah ia alami sewaktu di dunia terhapus begitu saja dari ingatannya. Subhaanallah wa laa haula wa laa quwwata illa billah...!!!

Saudaraku, sungguh kehidupan dunia ini tidak harus kita jadikan medan perebutan dan perlumbaan. Sebab menang di dunia pada hakikatnya hanyalah menang yang menipu. Demikian pula sebaliknya, kalah di dunia hanyalah kalah yang menipu. Saat manusia diperlihatkan syurga dan neraka di akhirat kelak, sedarlah ia betapa naifnya perlumbaan merebut kehidupan dunia ini dibandingkan dengan kenikmatan hakiki dan abadi syurga yang jauh lebih patut dikejar dan diusahakan semaksima mungkin. Sedarlah ia betapa ruginya ia saat hidup di dunia yang berusaha mengelak dari segala derita dan kesusahan dunia jika dibandingkan dengan derita sejati dan kepanasan neraka Allah yang sepatutnya lebih ditakuti dan dijauhi.

lantas bila Allah gambarkan bahawa saat sudah dihadapkan dengan azab neraka orang-orang kafir bakal berharap mereka dapat menebus diri mereka dengan sebanyak apapun yang diperlukan, andai mereka sanggup. Tentunya pada saat itu mereka tidak sanggup dan tidak berdaya.

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir sekiranya mereka mempunyai apa yang di bumi ini seluruhnya dan mempunyai yang sebanyak itu (pula) untuk menebus diri mereka dengan itu dari azab hari kiamat, niscaya (tebusan itu) tidak akan diterima dari mereka, dan mereka beroleh azab yang pedih.” (QS Al-Maaidah ayat 36)


Ya Allah, janganlah Engkau jadikan dunia puncak cita-cita kami dan batas pengetahuan kami. Amin ya Rabbal 'Alamin.




No comments:

Post a Comment